26 Ribu Anak Selamat, Sumut Jadi Penggerak Zero Dose
- account_circle Adilman Zai
- calendar_month Rab, 20 Agu 2025
- visibility 13
- comment 0 komentar

Imunisasi PENARI yang di lakukan kepada anak (Dok.Istimewa)
PAStime News, Medan – Sumatera Utara mencatat capaian tertinggi nasional dalam program pengurangan anak nol dosis (zero dose). Sejak di mulainya kampanye imunisasi Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI) pada April 2025, lebih dari 26 ribu anak berhasil mendapatkan vaksin, termasuk 8.700 anak yang sebelumnya sama sekali belum pernah di imunisasi.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut, H. Muhammad Faisal Hasrimy, A.P., M.A.P., menjelaskan bahwa meski target penurunan zero dose tahun 2024 belum sepenuhnya merata di seluruh kabupaten/kota, Sumut menjadi provinsi dengan capaian terbaik dalam menurunkan angka anak tanpa imunisasi di Indonesia.
“Anak yang belum di imunisasi inilah yang kita kejar. Kasus luar biasa (KLB) campak beberapa waktu lalu menjadi pelajaran penting. Anak yang sudah di vaksin mungkin tetap bisa tertular, tetapi gejalanya jauh lebih ringan di bandingkan yang sama sekali tidak mendapat imunisasi,” kata Faisal, Selasa (19/8).
Menurut Faisal saat ini, tercatat masih ada sekitar 95 ribu anak di Sumut yang belum menerima imunisasi. Untuk mempercepat cakupan vaksinasi, Pemprov Sumut menggandeng berbagai pihak, mulai dari PKK (pemberdayaan kesejahteraan keluarga), tenaga kesehatan, hingga tokoh agama.
“Kolaborasi dengan Tim Penggerak PKK menjadi strategi utama. Dengan jaringan kader yang tersebar di desa hingga posyandu, PKK berperan aktif mendata balita, mengingatkan orang tua, sekaligus mengajak mereka membawa anak ke puskesmas atau posyandu,” tambah Faisal.
Faisal menambahkan upaya percepatan imunisasi juga di lakukan melalui kerja sama dengan Kanwil Kementerian Agama. Salah satu langkah yang di terapkan adalah mewajibkan lampiran Kartu Identitas Anak (KIA) bagi anak yang masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
“Meski demikian, kebijakan ini tidak bersifat menghalangi. Jika orang tua tidak memiliki KIA, kita tetap membantu penerbitan kartu sekaligus memverifikasi status imunisasi anak. Jika di temukan anak yang belum di vaksin, imunisasi langsung di berikan,” urainya.
Dalam penyusunan anggaran desa, Faisal mendorong adanya alokasi khusus untuk mendukung kegiatan imunisasi. Bahkan, desa dapat memberikan insentif berupa sembako bagi keluarga kurang mampu yang meluangkan waktu membawa anaknya untuk mendapatkan vaksinasi.
“Kita berharap ada reward lah dari pemerintah desa bagi masyarakat yang kurang mampu yang bekerja mungkin karena meninggalkan pekerjaannya saat membawa anaknya bisa saja di berikan sembako,” urainya.
Kesadaran Masyarakat Rendah
Faisal menyebutkan kendala utama dalam capaian imunisasi ini masih terletak pada rendahnya kesadaran masyarakat. Bukan karena menolak, melainkan faktor kesibukan atau keterbatasan akses. Untuk itu, tenaga kesehatan dan kader PKK melakukan pendekatan jemput bola.
“Kesadarannya masih kurang, atau mungkin waktunya tidak ada. Kalau untuk di daerah pedalaman kita dorong nakes dan kader PKK untuk menjemput bola. Dia hitung berapa anak balitanya, terus nakes datang. Kader kader PKK inilah kita harapkan sebagai garda terdepan,” paparnya.
Tak hanya itu, Faisal menambahkan ke depannya tokoh agama juga di libatkan sebagai mitra strategis dalam edukasi masyarakat. Dinas Kesehatan Sumut akan membuat MoU dengan Kanwil Agama untuk memperkuat peran pemuka agama dalam menyosialisasikan pentingnya imunisasi.
“Masalah kesehatan bukan hanya tugas Dinas Kesehatan. Ini tanggung jawab bersama—tokoh agama, akademisi, pemerintah, media, LSM, semuanya harus berkolaborasi. Dengan begitu, misinformasi tentang vaksin bisa kita lawan bersama. Imunisasi adalah proteksi penting bagi masa depan anak,” ujar Faisal.
- Penulis: Adilman Zai