Peresmian yang digelar di halaman depan Lapas Tabanan pada Rabu (12/11) itu menjadi momentum bersejarah bagi jajaran petugas dan Warga Binaan. Gerobak kuliner “Sangkar Emas” tidak hanya mencerminkan hasil pembinaan moral, tetapi juga menjadi wujud nyata pengembangan ekonomi kreatif berbasis kuliner di lingkungan pemasyarakatan.
Kegiatan peresmian ditandai dengan pemotongan pita gerobak “Sangkar Emas” oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Bali, Decky Nurmansyah, disaksikan langsung oleh para Kepala Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan se-Bali.
Suasana hangat dan penuh antusiasme mewarnai acara tersebut, menandai langkah awal perjalanan Sangkar Emas sebagai produk kuliner kebanggaan Lapas Tabanan. Kehadiran gerobak ini diharapkan dapat menjadi jembatan antara karya Warga Binaan dan masyarakat luas, memperkenalkan bahwa pemasyarakatan bukan hanya tentang hukuman, tetapi juga tentang perubahan dan peluang baru.
Gerobak “Sangkar Emas” menjadi bagian dari komitmen Lapas Tabanan dalam mendukung Program Asta Cita serta 13 Program Akselerasi Menimipas yang dicanangkan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
Melalui pembinaan keterampilan tata boga, para Warga Binaan dilatih untuk menghasilkan produk kuliner dengan nilai jual tinggi. Program ini bertujuan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan menyiapkan mereka agar mandiri secara ekonomi setelah bebas.
Dalam sambutannya, Kepala Kanwil Ditjenpas Bali, Decky Nurmansyah, menyampaikan apresiasi tinggi kepada Lapas Tabanan atas inovasi yang diwujudkan.
“Saya sangat terkesan dengan inovasi ini. Sangkar Emas bukan sekadar program pembinaan, tetapi langkah nyata bagaimana pemasyarakatan dapat berkontribusi dalam memperkuat ekonomi kreatif nasional,” ujarnya.
Sementara itu, Kalapas Tabanan, Prawira Hadiwidjojo, menegaskan bahwa peluncuran Sangkar Emas merupakan bentuk kesungguhan pihaknya dalam menghadirkan karya bernilai dan berkelanjutan.
“Produk ini diolah langsung oleh tangan-tangan kreatif Warga Binaan. Kami berharap Sangkar Emas menjadi simbol semangat baru bagi pemasyarakatan tempat di mana potensi, kreativitas, dan harapan bertemu menjadi karya yang abadi,” ungkap Prawira.

