Kegiatan yang berlangsung di ruang bimbingan kerja Lapas Perempuan Palu ini dipandu langsung oleh Staf Subsi Pembinaan yang berpengalaman di bidang boga. Para peserta mendapatkan materi lengkap mulai dari teknik dasar pengolahan adonan, proses pemanggangan, hingga seni dekorasi cake yang ditampilkan dalam hasil karya mereka. Selain itu, warga binaan juga dilatih membuat aneka jajanan tradisional yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran.
Kepala Lapas Perempuan Palu, Yoesiana, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan untuk membangun kemandirian warga binaan.
“Kami ingin mereka memiliki kemampuan yang bisa membuka peluang usaha. Bidang kuliner, terutama pembuatan kue dan cake, memiliki pasar stabil dan berpotensi menjadi sumber penghasilan,” ujarnya.
Selama pelatihan, warga binaan tampak sangat antusias mengikuti setiap tahap pembelajaran. Mereka diberi kesempatan langsung mempraktikkan pembuatan kue mulai dari menimbang bahan, mencampur adonan, hingga melakukan dekorasi cake secara kreatif dan rapi. Peningkatan kualitas hasil karya warga binaan terlihat jelas dari tampilan dan rasa produk yang semakin siap jual.
Staf Subsi Pembinaan, Nisrina, menjelaskan bahwa pelatihan ini bukan hanya berfokus pada keterampilan, tetapi juga orientasi ekonomi.
“Selain cake, mereka kami latih membuat kue kering dan jajanan tradisional. Produk warga binaan selama ini sudah banyak diminati masyarakat. Pesanan sering datang dari keluarga warga binaan, masyarakat sekitar, hingga petugas Lapas, terutama saat momen hari raya,” terangnya.
Salah satu peserta berinisial EH mengungkapkan rasa syukurnya mengikuti kegiatan ini.
“Saya senang sekali bisa belajar membuat cake seperti ini. Semoga keterampilan ini bisa menjadi modal untuk membuka usaha kecil setelah bebas nanti,” ujarnya.
Di sisi lain, Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Sulawesi Tengah, Bagus Kurniawan, memberikan apresiasi penuh terhadap pelaksanaan program pembinaan tersebut.
“Upaya Lapas Perempuan Palu dalam membekali warga binaan dengan keterampilan produktif patut diapresiasi. Pelatihan seperti ini bukan hanya memberi bekal setelah bebas, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan diri dan harapan baru bagi warga binaan. Kami akan terus mendukung agar program pemberdayaan seperti ini semakin berkembang,” tegasnya.
Melalui pelatihan berkelanjutan ini, Lapas Perempuan Palu berharap mampu mencetak warga binaan yang mandiri, berdaya saing, serta siap kembali ke masyarakat dengan keterampilan yang bermanfaat untuk memperbaiki masa depan mereka.

