Dari Balik Jeruji, Lapas Wahai Lepas Tukik Penyu Lekang
- account_circle Adilman Zai
- calendar_month 13 jam yang lalu
- visibility 9
- comment 0 komentar

Lapas Kelas III Wahai menunjukkan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan dengan mendukung konservasi laut melalui pelepasan anak penyu (tukik) Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Rabu (3/9). (Dok: Web Ditjenpas)
PAStime News, Wahai – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Wahai menunjukkan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan dengan mendukung konservasi laut melalui pelepasan anak penyu (tukik) Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Rabu (3/9). Kegiatan ini tidak hanya menjadi simbol perlindungan satwa langka, tetapi juga sarana pembinaan kemandirian bagi Warga Binaan yang di libatkan secara langsung.
Kegiatan hasil kerja sama Balai Taman Nasional Manusela dan Madrasah Aliyah (MA) Al-Mabrur Wahai ini mengangkat tema “Harapan Baru di Lautan” serta di hadiri Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan.
Kepala Lapas (Kalapas) Wahai, Tersih Victor Noya, menjelaskan kegiatan ini menjadi langkah nyata jajaran Pemasyarakatan dalam menjaga kelestarian penyu. “Tujuannya untuk mempertahankan populasi penyu lekang yang terancam punah sekaligus menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem laut,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kalapas mengikutsertakan dua Warga Binaan yang sedang menjalani program reintegrasi sosial. “Selain memberikan pengalaman praktis, kegiatan ini membekali mereka dengan pemahaman konservasi. Harapannya, setelah bebas nanti mereka dapat berkontribusi menjaga lingkungan,” tambah Tersih.
Kepala Balai Taman Nasional Manusela, Deny Rahadi, mengapresiasi langkah tersebut. “Ini bukan sekadar edukasi, tetapi ide inovatif dari pihak Lapas. Kami siap bersinergi dengan Lapas Wahai dalam pemberdayaan Warga Binaan berbasis konservasi,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kerja sama ke depan akan di kembangkan dalam berbagai kegiatan lingkungan seperti pelepasan satwa liar, penanaman pohon, hingga edukasi pembibitan tukik.
Kepala MA Al-Mabrur Wahai, Rusli Salating, juga menyampaikan apresiasi. “Seperti penanaman mangrove pada November 2024 lalu, kegiatan ini membuktikan peran nyata Lapas dalam menjaga ekosistem,” tuturnya.
Salah satu Warga Binaan yang terlibat, AR, mengaku senang mendapat pengalaman baru. “Kami belajar bahwa penyu harus di lindungi, bukan untuk di konsumsi. Kegiatan ini menjadi pelajaran berharga untuk hidup lebih baik setelah bebas,” ungkapnya.
Melalui sinergi, Lapas Wahai berharap program konservasi ini dapat menjadi model pembinaan kemandirian yang bermanfaat bagi Warga Binaan dan lingkungan.
- Penulis: Adilman Zai