DKI Jakarta Tunjukkan Aksi Nyata Wujudkan Kota Berkelanjutan
- account_circle dicky
- calendar_month Rab, 6 Agu 2025
- visibility 13
- comment 0 komentar

Pemprov DKI Jakarta menyiapkan Sentra Fauna dan Taman Bendera Pusaka sebagai bagian dari pembangunan kota berkelanjutan. (Dok: beritajakarta.id)
PAStime News, Jakarta – Pemprov DKI Jakarta menata kawasan Barito dan menyiapkan Sentra Fauna Jakarta untuk mendukung pembangunan kota berkelanjutan. Langkah ini menjadi bagian dari upaya menghadirkan ruang publik yang humanis, inklusif, dan mendukung pertumbuhan sosial ekonomi warga.
Pemprov DKI sedang menyulap kawasan Barito menjadi Taman Bendera Pusaka, ruang terbuka hijau (RTH) yang mengintegrasikan Taman Langsat, Taman Ayodya, dan Taman Barito. Pemprov merancang taman seluas hampir enam hektare ini sebagai ikon kebangsaan dan ruang keluarga yang ramah, aman, serta nyaman.
Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, M. Fajar Sauri, menyebut pihaknya akan melengkapi taman ini dengan fasilitas publik seperti jogging track, taman bermain anak, ruang serbaguna, jembatan penghubung, hingga amphitheater terbuka untuk pertunjukan seni.
“Kami ingin menghadirkan ruang hijau yang inklusif dan bisa diakses semua kalangan. Ini bagian dari komitmen kami menciptakan kota hijau, sehat, dan berketahanan,” ujar Fajar, Rabu (6/8).
Sementara itu, Pemprov juga merelokasi pedagang eksisting Loksem Barito ke 10 pasar milik Perumda Pasar Jaya secara gratis selama tiga bulan, sambil menyiapkan Sentra Fauna Jakarta sebagai lokasi usaha permanen. Pemprov DKI memberikan keleluasaan kepada pedagang untuk memilih lokasi relokasi sesuai preferensi mereka.
Kepala Dinas PPKUKM DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo, menegaskan bahwa penataan di lakukan secara humanis dan non-represif.
“Kami fasilitasi pedagang untuk tetap berusaha dengan aman dan nyaman. Relokasi ini bukan penggusuran, melainkan upaya menata ruang tanpa mengabaikan hak ekonomi warga,” jelas Ratu.
Sentra Fauna Jakarta sendiri akan berdiri di atas lahan ±7.000 m² di Lenteng Agung. Tempat ini di rancang sebagai pasar hewan modern yang higienis, edukatif, dan ramah lingkungan. Selain area perdagangan, tersedia juga wahana edukasi satwa, zona UMKM hewan, dan area wisata keluarga.
“Sentra ini bukan sekadar tempat jual beli, tapi juga ruang edukasi dan rekreasi untuk keluarga dan pecinta satwa,” tambah Ratu.
Pengamat tata kota Yayat Supriatna mendukung langkah Pemprov DKI. Menurutnya, penataan Barito merupakan strategi optimalisasi lahan tanpa mengabaikan aspek sosial.
“Ini bukan menggusur, tapi menata. Pemerintah memberi ruang yang lebih baik bagi warga,” ucapnya.
Yayat juga menilai proyek ini sejalan dengan prinsip 3D: Density, Diversity, dan Design. Ia menyebut kawasan Barito yang padat penduduk butuh RTH untuk mengurangi tekanan psikologis warga. Keberagaman fungsi kawasan—ekonomi, pemerintahan, dan layanan—menjadikan taman ini unsur pelengkap yang menyatu dalam ekosistem kota.
“Taman ini punya potensi besar jadi magnet baru kota. Asalkan desainnya inklusif, aksesnya mudah, dan ada unsur UMKM yang menghidupkan aktivitas harian,” tuturnya.
Dengan penataan kawasan Barito dan pembangunan Sentra Fauna, Pemprov DKI tak hanya menata wajah kota, tetapi juga memastikan keberlanjutan sosial, ekonomi, dan lingkungan berjalan beriringan.
- Penulis: dicky