Kepala Lapas Kelas IIB Tual, Nurchalis Nur, menjelaskan bahwa program produksi gorengan ini merupakan bagian dari upaya pembinaan keterampilan dan kemandirian ekonomi bagi warga binaan.
“Kami ingin memberikan bekal keterampilan yang bermanfaat bagi mereka setelah keluar dari Lapas nanti. Melalui kegiatan membuat gorengan, mereka belajar berwirausaha dan membangun kepercayaan diri,” ujar Nurchalis.
Sementara itu, Kepala Subseksi Kegiatan Kerja Lapas Tual, L. Laitera, menambahkan bahwa program ini melibatkan warga binaan perempuan yang aktif memproduksi hingga 200 potong gorengan per hari. Produk tersebut dijual dengan harga terjangkau, yakni sekitar Rp 2.000 per buah.
“Hasil penjualan digunakan sebagai premi bagi pekerja dan sebagian disetorkan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),” jelas Laitera.
Salah satu pengunjung, Ratna Sari, mengaku puas dengan kualitas dan cita rasa gorengan yang dihasilkan warga binaan.
“Rasanya enak, gurih, dan harganya murah. Setiap kali berkunjung, saya selalu membeli untuk dibawa pulang. Menurut saya, penting untuk mendukung program pembinaan mereka,” ungkap Ratna.
Secara terpisah, Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pemasyarakatan (Ditjenpas) Maluku, Ricky Dwi Biantoro, memberikan apresiasi atas inisiatif pembinaan produktif tersebut.
“Program ini tidak hanya menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga memberikan harapan baru bagi warga binaan untuk kembali ke masyarakat sebagai individu yang mandiri dan berdaya,” tegas Ricky.
Program gorengan Lapas Kelas IIB Tual ini diharapkan dapat menjadi contoh keberhasilan pembinaan yang berorientasi pada pemberdayaan ekonomi warga binaan. Dengan dukungan masyarakat dan pihak terkait, hasil karya para narapidana di Maluku ini dapat menjadi simbol nyata dari semangat perubahan dan kemandirian.


 
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
        