Jogja Book Fair 2025: Pesta Literasi dan UMKM di Kota Pelajar
- account_circle Adilman Zai
- calendar_month 20 jam yang lalu
- visibility 6
- comment 0 komentar

Jogja Book Fair 2025 tegaskan Jogja sebagai kota pelajar lewat kolaborasi penerbit, komunitas, pemerintah, dan UMKM. (Dok: Amalia Melati)
PAStime News, Yogyakarta – Jogja kembali meneguhkan diri sebagai kota pelajar lewat gelaran Jogja Book Fair 2025. Ajang tahunan ini bukan sekadar pameran buku, melainkan wadah kolaborasi lintas sektor yang menyatukan penerbit, komunitas literasi, pemerintah, hingga pelaku UMKM.
Di gelar pada 5–14 September di Grhatama Pustaka, acara ini bertepatan dengan Hari Literasi Internasional, peringatan 13 tahun UU Keistimewaan DIY, dan Maulid Nabi. Puluhan agenda hadir, mulai dari talk show, bedah buku, diskusi komunitas, pertunjukan seni, hingga pasar kuliner.
Pj. Sekda DIY, Aria Nugrahadi saat membuka acara menekankan bahwa membaca harus menjadi kebutuhan sekaligus gaya hidup, terlebih di tengah tantangan digitalisasi.
“Jogja sebagai kota pelajar punya tanggung jawab moral menjadi teladan dalam gerakan literasi nasional,” ujarnya.
Sementara itu, Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho menyebut Dana Keistimewaan (Danais) turut menopang ekosistem literasi.
“Danais tidak hanya menjaga tradisi masa lampau, tetapi juga menghidupkan masa depan lewat literasi,” katanya.
Dalam talk show Srikandi Kreatif: Literasi dan Ekonomi Global, Herlina P. Dewi, Founder Stiletto Book, mengungkap bahwa Sleman dan Bantul menempati posisi pertama dan kedua penerbit buku terbanyak di Indonesia.
Ia menekankan pentingnya menumbuhkan budaya membaca sejak rumah. Senada, Erwin Yunianti menilai kolaborasi pemerintah, pendidikan, dan masyarakat menjadi kunci percepatan literasi.
Kepala DPAD DIY, Kurniawan berharap acara ini mampu menggerakkan ekonomi lokal. Sementara Ketua IKAPI DIY, Wawan Arif menegaskan Jogja Book Fair adalah ruang inklusi bagi semua pihak.
Dengan menghadirkan penulis dan tokoh literasi ternama, Jogja Book Fair 2025 menjadi bukti bahwa literasi bukan hanya soal membaca, tetapi juga tentang membangun ekosistem kebudayaan dan kesejahteraan masyarakat.
- Penulis: Adilman Zai