Kegiatan ini diikuti dengan penuh khidmat oleh para warga binaan dalam suasana penuh kekeluargaan dan kekhusyukan. Melalui kegiatan ini, mereka diajak untuk memperkuat iman, mendekatkan diri kepada Tuhan, serta merenungkan makna perubahan hidup selama menjalani masa pembinaan di Lapas.
Penyuluh Agama Kristen, Meilan Meike Simaela, yang memimpin kegiatan ini, menegaskan pentingnya kesempatan untuk berubah bagi setiap individu.
“Setiap orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan memulai lembaran baru yang lebih baik. Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Tuhan selalu membuka jalan bagi mereka yang ingin memperbarui hidupnya,” ujarnya penuh makna.
Sementara itu, Kepala Lapas Kelas IIB Tual, Nurchalis Nur, menyampaikan bahwa pembinaan spiritual merupakan bagian integral dari pendekatan holistik dalam sistem pembinaan di lembaga pemasyarakatan.
“Kami ingin warga binaan tak hanya dibekali keterampilan, tetapi juga dibentuk secara mental dan spiritual. Keseimbangan antara kemampuan dan keimanan menjadi fondasi penting dalam proses reintegrasi sosial,” jelasnya.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Ditjen Pemasyarakatan Maluku, Ricky Dwi Biantoro, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan keagamaan di Lapas Tual.
“Pembinaan keagamaan menjadi dasar perkembangan kepribadian warga binaan selama menjalani masa pidananya. Dengan kerja sama yang baik bersama Kementerian Agama dan gereja-gereja lokal, kegiatan ini memberikan kontribusi besar dalam pembinaan kerohanian di Lapas,” tegasnya.
Melalui kegiatan seperti ini, Lapas Kelas IIB Tual berharap dapat mencetak warga binaan yang tidak hanya terampil, tetapi juga memiliki keteguhan iman dan semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik ketika kembali ke masyarakat.

