Lapas Wahai Panen Cabai dan Pare Dukung Ketahanan Pangan
- account_circle dicky
- calendar_month
- visibility 14
- comment 0 komentar

Lapas Wahai menunjukkan kepedulian terhadap ketahanan pangan dengan panen sayuran produktif oleh Warga Binaan. (Dok: Humas Lapas Wahai)
PAStime News, Maluku — Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Wahai kembali menunjukkan kiprah positifnya dalam mendukung program ketahanan pangan nasional yang menjadi bagian dari Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto. Melalui kegiatan pembinaan kemandirian, para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) berhasil memanen hasil bumi berupa delapan kilogram pare dan satu kilogram cabai merah di lahan produktif Lapas, pada Selasa (11/11).
Kepala Subseksi Pembinaan, Merpaty S. Mouw, menjelaskan bahwa kegiatan pertanian ini dirancang sebagai kurikulum praktik bagi Warga Binaan agar memiliki keterampilan bertani yang aplikatif saat kembali ke masyarakat.
“Prosesnya dilakukan secara profesional, mulai dari pengolahan tanah, pemilihan bibit, perawatan hingga pengendalian hama. Hasil panen ini sebagian akan disalurkan kepada pedagang pengumpul di sekitar Wahai, dan sebagian lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan dapur Lapas. Dengan begitu, tercipta siklus ekonomi produktif di dalam Lapas,” ujarnya.
Menurut Merpaty, hasil panen cabai dan pare tersebut merupakan bukti nyata dari pembinaan kemandirian Warga Binaan. Selain meningkatkan keterampilan bercocok tanam, kegiatan ini juga menumbuhkan rasa tanggung jawab serta semangat produktivitas.
“Ini menunjukkan bahwa di balik tembok Lapas, para Warga Binaan memiliki semangat kerja keras dan keinginan kuat untuk berubah menjadi individu yang mandiri,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Lapas Wahai, Tersih Victor Noya, menyampaikan apresiasi atas kerja keras seluruh Warga Binaan dan petugas pembina. Menurutnya, keberhasilan panen ini menjadi bukti bahwa pemasyarakatan tidak hanya berorientasi pada hukuman, tetapi juga pada pemberdayaan manusia.
“Panen cabai dan pare ini bukan hanya rutinitas, melainkan bentuk nyata kontribusi Lapas Wahai terhadap ketahanan pangan di wilayah Maluku. Kami ingin membuktikan bahwa para Warga Binaan mampu menjadi produsen yang produktif, bukan sekadar konsumen,” ungkapnya.
Tersih menambahkan, bekal keterampilan bertani diharapkan dapat menjadi modal usaha mandiri bagi para Warga Binaan setelah bebas, sehingga mereka tidak lagi tergoda untuk melakukan tindak pidana dan dapat berkontribusi positif bagi masyarakat.
Dukungan juga datang dari Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Maluku, Ricky Dwi Biantoro, yang memberikan apresiasi terhadap keberhasilan Lapas Wahai dalam menjalankan program pertanian berbasis pembinaan.
“Keterampilan bercocok tanam yang diperoleh para Warga Binaan diharapkan menjadi modal sosial dan ekonomi untuk membangun kehidupan yang lebih baik ketika mereka kembali ke tengah masyarakat,” tuturnya.
Dengan semangat yang terus tumbuh, Lapas Kelas III Wahai berkomitmen untuk mengembangkan sektor pertanian sebagai komoditas unggulan dan memperkuat kemandirian ekonomi Warga Binaan. Langkah ini sekaligus menjadi bentuk nyata dukungan terhadap program ketahanan pangan nasional dan pemberdayaan narapidana di Indonesia.
- Penulis: dicky
