Lapas Yogyakarta: Fasilitasi Pelatihan Manasik Haji Untuk Warga Binaan
- account_circle dicky
- calendar_month
- visibility 43
- comment 0 komentar

Proses pelatihan manasik haji di lapas Yogyakarta (Dok: Info_Pas)
PAStime News, Yogyakarta – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Yogyakarta kembali gelar pelatihan manasik haji dan umrah bagi 213 Warga Binaan, Selasa (3/6). Sebagai bagian dari pembinaan keagamaan, kegiatan ini bertujuan memperdalam rukun Islam kelima dan menumbuhkan semangat religius warga binaan.
Pelatihan ini, menurut Kalapas Marjiyanto, merupakan wujud pemenuhan hak warga binaan sesuai UU No. 22 Tahun 2022. “Ini bagian dari pembinaan kepribadian yang mencakup sikap, perilaku, kesadaran hukum, dan keagamaan,” ujarnya.
Pelatihan manasik haji dipandu langsung oleh Pendiri Nur Hidayah Group, Ustaz Sagiran. Ia mengapresiasi komitmen Lapas Yogyakarta dalam membina mental dan spiritual Warga Binaan secara konsisten. “Alhamdulillah, kegiatan ini berjalan lancar dengan antusiasme tinggi dari peserta,” ucappnya.
Dalam pelatihan, panitia menyiapkan miniatur Ka’bah lengkap dengan replika Maqam Ibrahim, Padang Arafah, Muzdalifah, Mina, serta bukit Safa dan Marwah. Selain itu, warga binaan mengikut kegiatan dengan khusyuk, di mulai dari salat, wuquf, mabit, melempar jumrah, tawaf, dan sa’i.
Salah satu peserta, Warga Binaan berinisial EA, bersyukur dapat mengikuti pelatihan tersebut. “Saya tidak menyangka bisa merasakan pengalaman ini di Lapas. Rasanya seperti berada di Makkah al-Mukarramah. Terima kasih kepada Lapas dan Ustaz Sagiran yang telah membimbing saya sehingga paham betul rukun haji,” tuturnya.
Pelatihan diakhiri dengan simbolisasi tahalul dan sesi tanya jawab antara Warga Binaan dan pembimbing. Melalui kegiatan ini, Lapas Yogyakarta sekali lagi menegaskan bahwa pembinaan keagamaan merupakan pilar penting dalam proses pemasyarakatan.
Lebih dari itu, kegiatan ini juga menjadi upaya nyata dalam membekali warga binaan agar, ketika kembali ke masyarakat, mereka siap menjadi pribadi yang lebih baik, bertanggung jawab, dan berdaya guna.
Dengan kata lain, pelatihan spiritual ini tidak hanya berfokus pada ibadah, tetapi juga menjadi fondasi reintegrasi sosial secara berkelanjutan.”
- Penulis: dicky