Malioboro Jadi Panggung Budaya Raksasa dalam ISP 2025
- account_circle dicky
- calendar_month
- visibility 32
- comment 0 komentar

Malioboro menjadi panggung terbuka dalam Indonesian Street Performance 2025 yang menampilkan seni dan budaya Nusantara. (Dok: jogjakota.go.id)
PAStime News, Yogyakarta – Gemerlap budaya Nusantara kembali hidup di jantung Kota Yogyakarta lewat gelaran Indonesian Street Performance (ISP) 2025, yang digelar Rabu malam (6/8). Acara bertema “Nusantara Menari” ini menjadi bagian dari Rakernas XI Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) yang tahun ini dipusatkan di Malioboro.
Malioboro di sulap menjadi panggung terbuka penuh warna. Warga dan wisatawan lokal maupun mancanegara tumpah ruah menikmati parade budaya sejak pukul 19.00 WIB hingga 22.00 WIB.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyampaikan bahwa ISP 2025 menampilkan pertunjukan budaya dalam tiga tema besar: pusaka wastra, pusaka kriya, dan pusaka ksatria. Setiap peserta menonjolkan kekayaan seni daerahnya melalui tari tradisional, musik etnik, hingga teater jalanan.
“Acara ini menjadi ajang kolaborasi besar lintas daerah. Selain anggota JKPI, 14 kemantren di Yogyakarta turut memeriahkan pertunjukan malam ini,” ujar Hasto.
Ia menambahkan, ISP bukan hanya hiburan, tapi juga ruang interaksi budaya. “Ini panggung yang menampilkan kekayaan warisan budaya, semangat gotong royong, dan wajah dinamis Nusantara. Dari Jogja, untuk Indonesia,” katanya.
Penonton menutup puncak acara dengan tepuk tangan meriah, sorak kegembiraan, dan menyambut pesta kembang api yang menyinari langit Malioboro. Jalan legendaris itu seolah berubah menjadi panggung budaya raksasa yang mempertemukan seni, sejarah, dan semangat persatuan.
Tak hanya menjadi tontonan, ISP 2025 juga membuka ruang edukasi budaya. Generasi muda dapat melihat langsung beragam kekayaan lokal yang tak bisa di temukan di ruang kelas.
Salah satu penonton, Martinus Ade Wijayanto, datang bersama istri dan anaknya. Ia menyebut pertunjukan ini sebagai pengalaman luar biasa.
“Saya dan keluarga sengaja datang untuk melihat langsung ragam seni budaya dari berbagai daerah. Ternyata sangat meriah,” ujarnya.
Martinus berharap acara serupa terus di gelar. “Anak saya bisa mengenal pakaian adat, gerak tari, hingga alat musik tradisional secara langsung. Ini pelajaran budaya yang sangat berharga,” tambahnya.
- Penulis: dicky
