Pameran ini menjadi wadah bagi warga binaan untuk menampilkan karya unggulan yang berorientasi pada kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan, sejalan dengan program pembinaan produktif yang tengah digencarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Kepala Lapas Kelas IIA Lombok Barat, M. Fadli, menegaskan bahwa keterlibatan Lapas dalam kegiatan tersebut merupakan bagian dari strategi pembinaan berkelanjutan yang tidak hanya fokus pada aspek moral, tetapi juga peningkatan kapasitas ekonomi warga binaan.
“Kami terus berupaya membekali warga binaan dengan keterampilan yang bisa menjadi bekal setelah bebas. Melalui kegiatan seperti ini, mereka bisa berkontribusi langsung pada ketahanan pangan dan ekonomi kreatif,” jelas Fadli.
Dalam pameran itu, Lapas Lombok Barat menampilkan berbagai produk unggulan, mulai dari hasil pertanian seperti sayur-mayur segar dan olahan pangan lokal, hingga produk UMKM kreatif seperti kerajinan cukli khas Lombok dan batik tulis ‘Gembok’ (Generasi Membatik Lombok) yang seluruh proses pembuatannya dilakukan oleh warga binaan.
Stan pameran Lapas Lombok Barat menjadi salah satu yang paling ramai dikunjungi pengunjung. Keaslian karya, kualitas produk, dan nilai ekonominya yang tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan pelaku usaha lokal.
Fadli berharap, keikutsertaan dalam ajang ini dapat membuka peluang kerja sama lebih luas dengan sektor swasta dan pelaku industri kreatif.
“Kami ingin produk-produk warga binaan semakin dikenal masyarakat luas, bahkan bisa menembus pasar regional. Harapannya, setelah bebas nanti, mereka memiliki keterampilan dan jaringan untuk mandiri secara ekonomi,” tambahnya.
Melalui pameran “Seni Harapan Cinta”, Lapas Kelas IIA Lombok Barat tidak hanya memperkenalkan hasil karya warga binaannya, tetapi juga menegaskan komitmen dalam membangun sumber daya manusia yang produktif, mandiri, dan siap kembali ke masyarakat.

