Lapas Wahai Gelar Sakramen Perjamuan Kudus, Perkuat Iman dan Karakter Warga Binaan
- account_circle dicky
- calendar_month
- visibility 26
- comment 0 komentar

Sakramen Perjamuan Kudus di Gereja Ebenhaezer memperkuat spiritualitas Warga Binaan Kristiani di Lapas Wahai. (Dok: Humas Lapas Wahai)
PAStime News, Wahai — Komitmen Lapas Kelas III Wahai dalam memperkuat spiritualitas Warga Binaan Kristiani kembali di buktikan. Pada Minggu (5/10), Sakramen Perjamuan Kudus di gelar di Gereja Ebenhaezer. Ini bagian dari program pembinaan keagamaan rutin yang terus di laksanakan setiap pekan.
Meski ibadah di lakukan secara berkala, Sakramen Perjamuan Kudus hanya di selenggarakan empat kali dalam setahun. Kali ini, kegiatan tersebut kembali di laksanakan. Semua Warga Binaan Kristiani mengikuti dengan khidmat sebagai wujud pertobatan dan refleksi iman. Ini juga sebagai penguatan spiritual selama masa pembinaan.
Dalam keterangannya, Kepala Lapas Wahai, Tersih Victor Noya, mengungkapkan rasa syukurnya atas lancarnya pelaksanaan ibadah.
“Perjamuan Kudus menjadi sarana spiritual yang diyakini dapat memperkuat hubungan Warga Binaan dengan Tuhan. Diharapkan, karakter religius bisa dibentuk sehingga mereka mampu kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik,” ujar Tersih.
Sejalan dengan itu, Kepala Subseksi Pembinaan, Merpaty Suzana Mouw, menambahkan bahwa pembinaan rohani terus di upayakan sebagai salah satu elemen utama dalam sistem Pemasyarakatan, di samping pelatihan kemandirian dan keterampilan.
“Nilai moral dan keimanan harus terus ditanamkan. Ibadah seperti ini membekali Warga Binaan agar lebih mampu mengendalikan diri dan menjalani hidup dengan arah yang positif,” jelasnya.
Ibadah ini di pimpin oleh Pendeta Elchris Latuny, yang menyampaikan khotbah berdasarkan Ayub 36:1-9 dengan perikop “Tujuan Sengsara Ialah Pertobatan”. Dalam pesannya, ia menekankan bahwa penderitaan sering kali di gunakan Tuhan untuk mengingatkan manusia agar bertobat.
“Perjamuan Kudus adalah simbol kasih dan pengampunan. Melaluinya, setiap umat diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri,” tuturnya.
Warga Binaan pun terlihat mengikuti ibadah dengan penuh penghayatan. Salah satu dari mereka, YK, mengungkapkan bahwa melalui ibadah ini, keyakinannya akan kasih Tuhan semakin kuat.
“Dengan makan roti dan minum anggur, kami merasakan pengampunan Tuhan. Ini memberi semangat agar kami bisa memperbaiki hidup saat kembali ke masyarakat,” ucapnya.
Sementara itu, dari lokasi terpisah, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Maluku, Ricky Dwi Biantoro, menyampaikan apresiasi atas keberlanjutan pembinaan rohani di Lapas Wahai.
“Perjamuan Kudus bukan sekadar ibadah. Ini adalah bagian penting dari pemulihan moral dan spiritual Warga Binaan. Kegiatan seperti ini perlu terus diperkuat di seluruh jajaran Pemasyarakatan,” tegas Ricky.
Dengan adanya kegiatan ini, di harapkan transformasi spiritual Warga Binaan dapat terus ditingkatkan, sebagai bekal untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna setelah masa hukuman berakhir.
- Penulis: dicky