Lapas Bandanaira dan GPM Teken PKS Perkuat Reintegrasi Spiritual
- account_circle dicky
- calendar_month
- visibility 13
- comment 0 komentar

Lapas Bandanaira menjalin kerja sama dengan Gereja Protestan Maluku (GPM) Banda Neira untuk pembinaan kepribadian dan rohani WBP. (Dok: Humas Lapas Bandanaira)
PAStime News, Bandanaira – Lapas Kelas III Bandanaira menjalin kerja sama dengan Gereja Protestan Maluku (GPM) Banda Neira. Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) berlangsung di Pastori Jemaat GPM Banda Neira, Jumat (19/9). Kolaborasi ini fokus pada pembinaan kepribadian dan rohani Warga Binaan.
Kepala Lapas Bandanaira bersama Ketua Jemaat GPM Banda Neira menandatangani PKS tersebut. Selain itu, Kepala Subseksi Pembinaan dan staf terkait juga hadir dalam acara ini. Mereka berharap kerja sama ini menjadi langkah awal sinergi berkelanjutan. Langkah ini bertujuan memberikan dampak positif tidak hanya selama masa pidana, tetapi juga pasca pembebasan Warga Binaan.
Kepala Lapas Bandanaira, Mikha, menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen memberikan pembinaan rohani. Hal ini menyentuh aspek moral dan spiritual Warga Binaan. Ia menegaskan bahwa pembinaan kepribadian ini juga merupakan implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan. Undang-Undang ini menjamin hak Warga Binaan untuk menjalankan ibadah serta memperoleh perawatan jasmani dan rohani.
Selain itu, Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Bapak Mashudi, telah mengarahkan bahwa pembinaan spiritual menjadi dasar utama dalam proses reintegrasi sosial.
Sementara itu, Ketua Jemaat GPM Banda Neira, Pdt. Juliet Noya, menyatakan kesiapan pihaknya. Mereka siap memberikan dukungan penuh melalui berbagai kegiatan pembinaan rohani. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan konseling, ibadah mingguan, penyuluhan agama Kristen, serta katekisasi khusus bagi Warga Binaan.
Di sisi lain, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Maluku, Ricky Dwi Biantaro, mengapresiasi inisiatif ini. Ia menegaskan bahwa pembinaan kerohanian memegang peranan penting. Hal ini penting dalam membentuk karakter serta kesiapan mental Warga Binaan. Dengan begitu, mereka dapat kembali dan berkontribusi di masyarakat.
Dengan demikian, mereka tidak menganggap kerja sama ini sekadar formalitas. Sebaliknya, mereka mewujudkan sinergi nyata untuk menciptakan lingkungan pemasyarakatan yang kondusif, humanis, dan berorientasi pada pembinaan yang memberikan dampak positif.
- Penulis: dicky