Kegiatan yang berlangsung di Gereja Tesalonika Lapas Perempuan Palu ini dimulai pukul 09.00 WITA, diikuti oleh 22 warga binaan pemasyarakatan. Ibadah rutin tersebut dipimpin langsung oleh Pendeta Albert Paul dari Sahabat Kota Sejati, yang selama ini menjadi mitra aktif dalam mendukung pembinaan keagamaan di lingkungan Lapas.
Melalui kegiatan ini, para warga binaan diajak memperdalam pemahaman iman, menumbuhkan rasa syukur, serta memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan. Suasana ibadah berlangsung khidmat dan penuh semangat, mencerminkan antusiasme warga binaan untuk terus memperbaiki diri selama menjalani masa pembinaan.
Kepala Lapas Perempuan Kelas III Palu, Yoesiana, menegaskan bahwa kegiatan pembinaan kerohanian merupakan bagian penting dari proses pembentukan karakter warga binaan. Melalui kegiatan rohani, diharapkan warga binaan dapat memperdalam nilai-nilai moral dan menemukan semangat baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
“Melalui pembinaan rohani seperti ini, kami berharap warga binaan dapat memperbaiki diri, memperdalam keimanan, serta memiliki semangat baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik ketika kembali ke masyarakat,” ujar Yoesiana.
Dalam kesempatan tersebut, Pdt. Albert Paul menyampaikan pesan inspiratif tentang pentingnya pertobatan dan pembaruan hidup. Ia menekankan bahwa setiap individu memiliki kesempatan untuk berubah dan memulai kehidupan yang baru.
“Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah dan memulai kehidupan yang baru,” tutur Pdt. Albert penuh makna.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan kerohanian rutin yang secara konsisten di laksanakan oleh Lapas Perempuan Palu bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk komunitas rohani dan lembaga keagamaan lokal. Sinergi ini diharapkan mampu memberikan ketenangan batin dan harapan baru bagi warga binaan.
“Kami mengapresiasi dukungan dari Sahabat Kota Sejati yang aktif membantu kami dalam melaksanakan pembinaan spiritual secara berkelanjutan. Kegiatan seperti ini terbukti berdampak positif terhadap perubahan sikap dan perilaku warga binaan,” tambah Yoesiana.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sulawesi Tengah, Bagus Kurniawan, turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. Menurutnya, pembinaan keagamaan merupakan fondasi penting dalam proses pemasyarakatan.
“Pembinaan kerohanian adalah pondasi dalam membentuk karakter warga binaan. Melalui kegiatan seperti ini, mereka dapat memperkuat moral, membangun iman, dan menumbuhkan semangat untuk memperbaiki diri,” ujar Bagus Kurniawan.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, Lapas Perempuan Kelas III Palu terus menunjukkan komitmen dalam menjalankan fungsi pembinaan kepribadian, sejalan dengan tujuan pemasyarakatan membentuk warga binaan yang beriman, produktif, dan siap berintegrasi kembali ke masyarakat.

