Maulid Nabi 1447 H di Lapas Tulungagung: Momen Spiritualitas yang Menggetarkan Hati
- account_circle Adilman Zai
- calendar_month 18 jam yang lalu
- visibility 9
- comment 0 komentar

Ratusan WBP dan tahanan Muslim berkumpul khidmat di Masjid Al Muhajirin Lapas Tulungagung untuk peringati Maulid Nabi 1447 H, Jumat (5/9). (Dok: Humas Lapas Tulungagung)
PAStime News, Tulungagung – Nuansa khidmat dan haru menyelimuti Masjid Al Muhajirin Lapas Kelas IIB Tulungagung, saat ratusan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan tahanan Muslim berkumpul untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H, Jumat (5/9).
Acara yang di gelar sejak pukul 08.00 WIB ini di buka dengan lantunan selawat dari grup hadrah warga binaan. Irama rebana dan vokal yang harmonis menghadirkan suasana spiritual, mengajak hadirin merenungkan keteladanan Nabi Muhammad SAW.
Kepala Lapas Kelas IIB Tulungagung, Ma’ruf Prasetyo Hadianto, dalam sambutannya menegaskan bahwa peringatan Maulid Nabi bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan momentum penting untuk pembinaan karakter dan spiritual warga binaan.
“Kami ingin para warga binaan menjadikan Maulid Nabi sebagai refleksi diri, meneladani sifat Rasulullah: shiddiq (jujur), amanah (dapat di percaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathanah (cerdas),” ujar Ma’ruf.
“Semoga acara ini menumbuhkan cinta kepada Rasulullah dan memotivasi mereka untuk memperbaiki diri demi masa depan yang lebih baik.”
Setelah sambutan, acara di lanjutkan dengan tausiyah oleh Ustaz Syamsul Arifin dari Kementerian Agama Kabupaten Tulungagung. Dalam ceramahnya, beliau mengangkat kisah perjuangan Rasulullah sebagai inspirasi agar narapidana tidak menyerah pada keadaan.
“Perjalanan hidup Nabi penuh ujian, namun beliau tetap sabar, ikhlas, dan selalu menjaga ukhuwah. Ini adalah pelajaran penting bagi kita semua, termasuk saudara-saudara yang tengah menjalani pembinaan di sini,” ujar Ustaz Syamsul.
Acara yang tertib dan khidmat ini memperkuat spiritualitas warga binaan dan mempererat hubungan dengan petugas.
Peringatan Maulid Nabi di Lapas Tulungagung menjadi bukti bahwa harapan, perubahan, dan keimanan tetap hidup, bahkan di balik jeruji besi.
- Penulis: Adilman Zai