Thailand-Kamboja Akhiri Ketegangan, Sepakat Gencatan Senjata
- account_circle Adilman Zai
- calendar_month
- visibility 41
- comment 0 komentar

Thailand dan Kamboja telah menyepakati gencatan senjata tanpa syarat yang akan mulai berlaku Selasa (29/7/2025) pukul 00.00 waktu setempat.
PAStime News, Kuala Lumpur – Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, hari ini secara resmi mengumumkan bahwa Thailand dan Kamboja telah menyepakati gencatan senjata tanpa syarat yang akan mulai berlaku Selasa (29/7/2025) pukul 00.00 waktu setempat. Kesepakatan bersejarah ini di ungkapkan Anwar dalam konferensi pers di Putrajaya, menandai langkah penting dalam meredakan ketegangan yang telah memanas di perbatasan kedua negara.
“Ini adalah awal yang sangat krusial untuk meredakan konflik dan membuka jalan bagi perdamaian yang berkelanjutan. Selain gencatan senjata, kedua pihak juga sepakat untuk melanjutkan dialog tingkat tinggi, melibatkan Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Pertahanan,” ujar Anwar Ibrahim.
Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menyambut baik hasil perundingan ini. Ia menyatakan optimisme tinggi bahwa konflik yang telah menyebabkan lebih dari 300.000 pengungsi di kedua negara dapat segera berakhir. Hun Manet berharap gencatan senjata ini memberikan harapan baru bagi warga yang terdampak untuk kembali ke rumah masing-masing dengan aman.
Latar Belakang Ketegangan
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja sempat meningkat menjelang pertemuan damai yang di mediasi oleh Malaysia, dengan dukungan dari ASEAN, Amerika Serikat, dan Tiongkok. Meskipun sudah di jadwalkan, kedua negara sempat saling meragukan niat baik satu sama lain. Pj. PM Thailand, Phumtham Wechayachai, menyatakan tidak percaya pada Kamboja dan menuduh Phnom Penh melakukan agresi militer serta melanggar hukum internasional.
Kamboja membantah tuduhan itu dan menuding Thailand membahayakan warga sipil di perbatasan. Phnom Penh bahkan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengecam tindakan militer Thailand.
Konflik pekan lalu menewaskan personel militer dan memaksa ribuan warga mengungsi, memperkuat urgensi gencatan senjata dan perdamaian.
Peran Malaysia dan Dukungan Internasional
Malaysia, sebagai ketua ASEAN, memainkan peran kunci dalam mediasi kedua negara. Dukungan AS di bawah Presiden Trump dan keterlibatan Tiongkok memperkuat diplomasi hingga tercapainya kesepakatan ini.
- Penulis: Adilman Zai
