Tradisi Ngatir Warnai Meriahnya Maulid Nabi di Cipanas Lebak
- account_circle dicky
- calendar_month Sab, 6 Sep 2025
- visibility 9
- comment 0 komentar

Meriahkan perayaan Maulid Nabi dengan Tradisi Ngatir di Kecamatan Cipanas, Banten, penuh rasa syukur dan kebersamaan. (Dok: Beritasatu.com/Budiman)
PAStime News, Lebak — Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten, kembali di gelar meriah pada Jumat (5/9/2025). Tradisi khas warga, yaitu ngatir, turut di hidupkan sebagai bagian dari syiar dan budaya yang terus di lestarikan lintas generasi.
Acara di pusatkan di Masjid Jami Al-Muhajirin, Kampung Lurah, Desa Sipayung. Ratusan warga dari Kampung Sukamaju dan Kampung Babakan menghadiri acara tersebut. Mereka datang membawa hanceungan bakul berisi nasi, ayam panggang, mi, hingga jajanan tradisional. Semua makanan ini di bagikan dan di santap bersama.
Dalam suasana hangat dan penuh keakraban, tradisi ngatir di jalankan sebagai simbol rasa syukur sekaligus sarana mempererat silaturahmi antarkampung. Ketua DKM Masjid Jami Al-Muhajirin, Sahri, mengungkapkan bahwa tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun.
“Ngatir ini dilakukan sebagai bentuk syukur dan berbagi, tanpa memandang status sosial. Tujuannya agar hubungan antarwarga tetap harmonis,” ujar Sahri.
Ngatir umumnya di gelar dua kali dalam setahun, yakni pada 12 Rabiul Awal saat Maulid Nabi dan 15 Syaban atau Ruwah. Di beberapa wilayah, tradisi ini juga di adakan pada bulan Rajab.
Tak hanya makanan, dalam pelaksanaannya, warga juga menyertakan tumpeng, bakakak ayam, bahkan amplop. Amplop tersebut di kumpulkan di masjid untuk di bagi bersama. Tradisi ini di lakukan secara bergiliran antar kampung.
Menurut Adi Aivi, salah seorang warga Cipanas, ngatir telah menjadi identitas lokal dalam memperingati Maulid Nabi.
“Tradisi ini jadi cara kami menjaga kerukunan. Meski zaman berubah, ngatir tetap kami jaga,” ujarnya.
Secara turun-temurun, tradisi ngatir telah di jadikan bagian dari penghormatan terhadap ajaran Rasulullah SAW, sekaligus sebagai warisan budaya yang memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan toleransi di tengah masyarakat.
- Penulis: dicky